88 research outputs found

    ABUNDANCE OF Acanthaster planci AS HEALTH OF CORAL INDICATOR IN TUNDA ISLAND, SERANG REGENCY, BANTEN

    Get PDF
    The abundance of Acanthaster planci can be used as a health indicator of coral reef ecosystem. A high abundance of A. planci become phatogen on coral and an indication of unhealthy coral reef ecosystem. The objective of this study was to evaluate health of coral reef ecosystem based on the abundance of A. planci and the percent coral cover at Tunda Island, Banten. Field observation conducted in January 2014. The stations were selected by purposive sampling method and based on four-wind direction i.e., north, south, east, and west. Reef data was measured using Line Intercept Transect (LIT), while sampling method for A. planci using Belt Transect. Results showed that the water temperature ranged of 26-28°C, brightness 100%, current speed ranging between 0.05 ms-1and 0.19 ms-1, and salinity  of 30-32 ppt. The water quality values showed a normal range which support  the life of the coral and A. planci.  The Percent coral cover ranged of 54.95-73.00% indicating a good condition. The abundanceof A. planci was of 0.02-0.03 ind/m2. Result showed that coral cover percentage and the abundance of A. planci did not have a significant relationship. Eventhough an A. planci eats the coral polip, but with small amount of A. planci in the coral reef, they merely help to clean the old and unhealthy polip.  This activity will help corals to regenerate their polip. Overall, based on the small abundance of A. planci and the relatively high coral cover percentage, the coral reef ecosystem in Tunda island was categorised in a healthy condition. Keywords: A. planci, coral reef, Tunda Islan

    Microhabitat Preference of Seastar in Hari Island Waters, Southeast Sulawesi

    Get PDF
    The objective of this study was to explore the information on the microhabitat preference of asteroidea in Hari Island Waters, Southeast Sulawesi. The specimens were collected in August 2012 and December 2012. The methods used in this study were road sampling technique, freehandpicking, and observation. The geographical coordinate position of the asteroidea and microhabitat were recorded by using GPS and then mapped by using the ArcGIS 10.1. Asteroidea map was overlayed with microhabitat map to determine the microhabitat preference. The study found 9 species of asteroidea belonging to 7 generas, 4 families, and 2 orders. All the asteroidea were relatively common species in the tropical shallow waters. The species were distributed along sides of the island with majority found in the northern side. The dominant species, Linckia laevigata, was found in all microhabitat which had beed adapted to various microhabitat conditions and water fluctuation. Based on area of distribution and population density, seastar tended to use reef coral as its microhabitat preference since reef coral could serve as a food source and habitat protection

    Variasi Temporal Kelompok Ikan Terumbu Karang di Pulau Tidung Kecil Menggunakan eDNA Metabarkoding dan Sensus Visual

    Get PDF
    Coral reef fish are play key role in coral reef ecosystem. The presence of reef fish affected by antrophogenic and natural factors, such seasonal changes. This study aimed to asess the temporal variation of coral reef fish group in Tidung Kecil Island using eDNA metabarcoding and Undewater Visual Census. This research was conducted at December 2019 (West season) and August 2020 (East season). Target group are dominated in west season (64.1%) and east season (59.25%) using eDNA metabarcoding. While, major group fish are the highest relative abundance in both season by using Underwater Visual Census. Family Carangidae are the highest species richness (15 species) in wet season and Serranidae (3 species) in east season, respectively.  Futhermore, famili Pomacentridae are the most richness species in west and east seasons 10 and 11 species respectively. Thus, it can be concluded these two methods are effective for monitoring structure or abundance of coral reef fish based on seasonal variation. Ikan karang menjadi indikator dalam menilai keanekaragaman hayati di ekosistem tersebut. Keberadaan ikan di ekosistem terumbu karang dapat dipengaruhi oleh faktor antropogenik dan faktor alam salah satunya perubahan musim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan kelompok ikan terumbu karang di Pulau Tidung Kecil menggunakan eDNA metabarkoding dan Sensus Visual. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2019 (musim barat) dan Agustus 2020 (musim timur). Ikan target mendominasi pada musim barat dan timur dengan persentase sebesar 64.11% dan 59.25%. Sensus visual berhasil mendeteksi ikan mayor dengan persentase tertinggi 62.5% di musim barat dan 82.8% di musim timur. Famili Carangidae merupakan famili dengan jumlah spesies tertinggi di musim barat (15 species) dan Siganidae di musim timur menggunakan eDNA metabarkoding (3 species). Hasil UVC menunjukkan famili Pomcentridae memilki jumlah spesies tertinggi di kedua musim (11 dan 10 spesies) menggundakan sensus visual. Dapat disimpulkan bahwa kedua metode tersebut dapat menjadi pendekatan dalam monitoring struktur atau kelimpahan ikan terumbu karang berdasarkan musim.

    PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER SEBAGAI PENDETEKSI KEPADATAN SEL MIKROALGA LAUT

    Get PDF
    Kemudahan  penggunaan  mikroskop  untuk  pengamatan  kepadatan  sel mikroalga  tetap memiliki  keterbatasan  sehingga  perlu  dicari  suatu  metode alternatif  yang  mampu meminimalisir keterbatasan tersebut. Model regresi linier digunakan untuk memprediksi peluang penggunaan spektrofotometer pada Densitas Optik (Optical Density,  OD) dengan panjang  gelombang  (ï¬)  550 nm, 650 nm, dan  750  nm  sebagai  alternatif  pengganti mikroskop  saat  pengamatan kepadatan  sel  mikroalga.  Hasilnya  menunjukkan  bahwa walaupun  seluruh panjang  gelombang  dapat  secara  representatif  menggambarkan kepadatan sel mikroalga, namun OD 650 nm menunjukkan hasil terbaik.KATA KUNCI: Densitas optik, kepadatan sel, mikroalga laut, regresi linier

    KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN KABUPATEN BINTAN DAN ALTERNATIF PENGELOLAANYA

    Get PDF
    Kerusakan ekosistem terumbu karang pada umumnya diakibatkan oleh sebab alami dan manusia. Sedikit perubahan kecil pada kualitas air atau fisik dapat menyebabkan perubahan besar pada kondisi dan struktur ekosistem terumbu karang. Di daerah penelitian, informasi tentang kondisi kualitas air dan terumbu karang sangat terbatas sehingga dapat menghambat proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan kawasan terumbu karang. Tujuan dari penelitian ini adalah penentuan kondisi ekosistem terumbu karang, identifikasi penyebab potensial utama kerusakan terumbu karang, dan mencari alternatif pengelolaan terumbu karang di lokasi penelitian. Metode yang digunakan adalah transek kuadrat untuk determinasi penutupan karang dan makroalga, sementara untuk observasi ikan menggunakan teknik Line Intercept Transect (LIT) dan Underwater fish Visual Census (UVC). Analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa analisis standar ekologis, korelasi multivariabel dengan menggunakan Principle Component Analysis (PCA), dan analisis ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kondisi penutupan karang masih dalam kondisi baik. Analisis menunjukkan bahwa peningkatan persentase penutupan karang hidup diikuti oleh penurunan penutupan makroalga. Selanjutnya, ikan herbivora dan penutupan alga terhubungkan secara terbalik. Kesimpulannya adalah bahwa jika terumbu karang mengalami gangguan, maka akan berpotensi menyebabkan peningkatan penutupan makroalga. Ikan herbivora terbukti secara efektif mampu mengkontrol penutupan makroalga dan sekaligus membantu pemulihan kondisi ekosistem terumbu karang.Kata kunci: aktivitas manusia, ikan herbivora, makroalga, terumbu karan

    HUBUNGAN PARAMETER LINGKUNGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN KARANG DI PULAU TUNDA -– BANTEN

    Get PDF
    Kondisi lingkungan dan aktivitas manusia menyebabkan terganggunya ekosistem pesisir khususnya terumbu karang. Gangguan kesehatan dan penyakit pada karang dapat terjadi karena perubahan kondisi lingkungan. Pulau Tunda merupakan pulau terluar yang berbatasandengan Teluk Jakarta dan Teluk Banten diasumsikan mendapatkan tekanan lingkungan dari pembangunan daerah tersebut. Penelitian ini mengkaji apakah parameter lingkungan memiliki hubungan dengan sebaran gangguan kesehatan karang.Survei lapangandilakukan pada Januari 2014. Pengambilan data dilakukan dengan metode transek sabuk dengan lebar 1 x 1m pada kedalaman berkisar 3 – 5m. Hubungan parameter lingkungan dan kelimpahan penyakit karang dianalisis dengan Principal Components Analysisdan sebaran penyakit karang dianalisis dengan Correspondent Analysis.Dari hasil pengamatan, jenis gangguan yang terdapat pada lokasi pengamatan Pulau Tunda - Banten yaitu pemutihan karang (Full, Patches, dan Stripes) sedangkan gangguan kesehatan lainnya meliputi Cots, fishbite, PR, IG, SP dan SD. Pemutihan karang bentuk Patches merupakan bentuk pemutihan karang yang banyak ditemukan dari seluruh lokasi pengamatan dengan total koloni yang terserang sebanyak 91 koloni. Gangguan kesehatan SP (Spons Over) merupakan gangguan kesehatan yang sedikit (7 koloni) ditemukan pada lokasi pengamatan.Sebaran pemutihan karang memiliki hubungan terhadap salinitas, suhu dan fosfat sedangkan gangguan kesehatan karang SD dan SP memiliki hubungan terhadap konsentrasi nitrat dan silikat

    GROWTH RATE, SPATIAL-TEMPORAL VARIATION AND PREVALENCE OF THE ENCRUSTING CYANOSPONGE (Terpios hoshinota) IN SERIBU ISLANDS, JAKARTA

    Get PDF
    Terpios hoshinota is a cyanosponge encrusted on the substrate in coral reefs that may cause mass mortality on the infested corals. This research was conducted to investigate the magnitude of damage level of corals due to the T. hoshinota outbreaks by assessing its growth rate, spatiotemporal variation, and prevalence between two sites in Seribu Islands. Four-time observation (T0-T3) in over 18 months (2016-2017) was conducted to see the growth level of sponge using a permanently quadratic photo transect method of 5x5 m (250.000cm2). The total coverage area of sponge on study site in the T0 was 65.252cm2 and becomes 81.066cm2 in T3. The highest level occurred on T2 of 2.051cm2/months in Dapur Island (the closest to Jakarta) and 483cm2/months in the Belanda Island (the further site). The highest sponge growth rate occurred on T1-T2 during transitional season from rainy to dry. The lowest growth rate was observed on T3 during transitional season from dry to rainy. In general, prevalence percentage was higher in Belanda Island than in Dapur Island. This study showed a persistence invasion of encrusting T. hoshinota on coral reef ecosystem that may overcome the function and role of associated organisms.Terpios hoshinota adalah cyanosponge bertatahkan pada substrat di terumbu karang yang dapat menyebabkan kematian massal pada karang yang terpapar. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki besarnya tingkat kerusakan karang akibat wabah T. hoshinota dengan menilai tingkat pertumbuhan, variasi spasial, dan prevalensi antara dua lokasi di Kepulauan Seribu. Pengamatan empat kali (T0-T3) selama lebih dari 18 bulan (2016-2017) dilakukan untuk melihat tingkat pertumbuhan spons menggunakan metode transek foto kuadrat permanen 5x5 m (250,000cm2). Total cakupan area spons di lokasi penelitian di T0 adalah 65,252cm2 dan menjadi 81,066 cm2 di T3. Level tertinggi terjadi pada T2 2,051cm2/bulan di Pulau Dapur (terdekat dengan Jakarta) dan 483cm2/bulan di Pulau Belanda (situs selanjutnya). Tingkat pertumbuhan spons tertinggi terjadi pada T1 –T2 selama musim transisi dari hujan ke kering. Tingkat pertumbuhan terendah diamati pada T3 selama musim transisi dari kering ke hujan. Secara umum, persentase prevalensi lebih tinggi di Pulau Belanda daripada di Pulau Dapur. Penelitian ini menunjukkan invasi persisten dari T. hoshinota pada ekosistem terumbu karang yang dapat mengatasi fungsi dan peran organisme terkait
    • …
    corecore